Selasa, 01 Oktober 2013

coretan


Ini bukan cerita biasa yang ku tulis pada layar komputerku. Saat ini aku sedang menikmati salah satu keindahan alam yang merupakan bukti kekuasaan Tuhan. Sudah lama sebenarnya aku ingin menulis sesuatu di tempat ini. Tempat yang mampu membuatku sedikit nyaman dengan beberapa problem yang kuhadapi.  
Di sini aku juga bersama salah satu orang yang membuatku cukup tenang bila bersamanya. Saat dia sedang menutup mata, saat seperti itu pula aku selalu berdoa agar bisa menikmati hidup bersamanya. Tapi saat ini aku juga sedang memikirkan dua orang yang merupakan emas bagiku. Dua orang yang selalu membuatku bahagia ketika melihat wajahnya, senyuman bahagianya kepadaku saat aku memberi salam dan membuka pintu rumah. Dua orang yang senantiasa menunggu kabarku, yang khawatir bila tidak mendengar suaraku, yang menggantungkan sejuta harapan kesuksesan kepadaku. Saat ini aku juga terbayang seorang yang selalu memberikanku contoh dalam setiap perjalanan hidupnya dulu. Yang setiap detik selalu membuatku rindu. Yang disetiap ungkapan doaku pasti ku sisipkan namanya dan kedua orang tuaku. Yang setiap hari selalu kukirimkan kado Al-fatihah untuknya. Sosok yang juga mengantungkan sejuta harapan untuk bisa membahagiakan orang tuaku. Yang menitipkan beberapa keinginan untuk ku. Aku tidak menganggap semua itu beban. Tapi ketika perasaan itu muncul aku selalu takut menjadi orang yang gagal untuk mereka.
Aku tidak mengerti dengan apa yang ada saat ini. Aku takut gagal! Dan beberapa tahun kedepan aku harus bisa menyelipkan title S.Psi, M.Psi di belakang namaku. Aku sendiri juga menggantungkan sejuta harapan kepada diriku sendiri. Dan seperti manusia secara umum optimis dan pesimis itu selalu ada di dalam diriku.
Teman, aku sedikit ingin mengajukan pertanyaan. Bagaimana yang kalian lakukan saat berada pada dua pilihan sulit? Dan saat kalian memilih salah satu dari kedua itu ternyata pilihan yang kalian pilih itu salah? Bagaimana ketika pilihan yang kalian pilih mengorbankan beberapa orang yang sangat penting bagi kalian? Ibu misalnya, ayah dan teman-teman kalian? Apakah kalian tidak merasa memiliki  bergumpal-gumpal beban, berton-ton pikiran yang membuat kalian selalu merasa bersalah?
hembusan angin di tempat ini, pepohonan hijau yang menyejukan hati, debu beterbangan, deras ombak di lautan membuatku semakin menggebuh-gebuhkan rasa syukur kepada sang kuasa. Teman, coba bayangkan kebahagiaan itu muncul ketika kalian bisa menikmati semua yang Tuhan beri. Tapi bagaimana bila kalian lemah dan tidak kuat menopang semuanya? Ketika saat ini kalian tidak sepenuhnya bisa menjadi pribadi kalian seperti biasanya?
Aku juga sebenarnya sedikit heran dengan semua itu. Tapi yang aku tahu saat ini aku tidak boleh mengeluh. Selalu menanamkan optimisme dalam diriku. Tetap bersykur dengan apa yang ada pada diriku saat ini, tetap terbuka dan tidak menutupi kekurangan dalam diriku. Dan yang terpenting suatu saat aku akan mendapatkan semua yang aku inginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar