Rabu, 02 Oktober 2013

Nyata Belum Tentu Indah




Kriiiinggg …. Bel berbunyi menunjukan tepat pukul 7.00 wita. Pagi itu Dina bangun dengan tergesah gesah sebab ada mata kuliah yang mulai pukul 8.00 wita.
“Aduuuhhh … jam 7 !!!! telat lagi ke kampusnya … “
Bergegaslah dia ke kamar mandi dan menyiapkan semuanya untuk berangkat ke kampus. Dina adalah anak pengusaha kaya yang cukup terkenal. Dia cantik dan cukup pintar tapi sayang kesombongan dari dirinya itu yang sangat sulit untuk dia kontrol.
Pada waktu yang sama Dewi juga berangkat ke kampus, biasanya Dewi berangkat bersama Dina tapi berhubung Dina terlambat jadi Dewi pergi sendiri walaupun belum dapat kabar dari Dina, tapi Dewi sudah tahu bahwa Dina pasti terlambat “lagi”.  Dewi adalah anak Pak Ardy yang bekerja sebagai satpam di kantor Ayah Dina. Dewi dan Dina adalah teman yang cukup dekat sejak SMA. Mereka akrab karena Dewi selalu mengajarkan materi-materi yang belum cukup dimengerti oleh Dina. Dewi memang sangat rendah hati dan lugu oleh karena itu Dina selalu memanfaatkan semuanya.
Pagi itu Dewi berangkat mengendarai sepedanya. Kendaraan yang dia miliki hanyalah sepeda sederhana yang biasa menemaninya ke kampus apabila Dina terlambat bangun. Dewi tinggal di sebuah kampung yang tidak jauh dari kota. Burung berkicauan dan embun pagi itu membuat suasana sangat nyaman untuk bersepeda.
Wi , tlg tnggu aku d parkiran yah .. sepertinya aku telat, aku gak berani masuk sndirian. Kamu gak mngkin tega liat aku diusir oleh Bu Dosen sendirian kan? Tlg aku!”
Lagi-lagi Dina memanfaatkan Dewi. Seperti biasa walaupun Dewi berangkat ke kampus lebih awal dia tetap ikut terlambat masuk kelas sebab Dina selalu melarang Dewi masuk kelas lebih dahulu bila dia terlambat. Dewi takut apabila Dina marah dan melaporkan apa yang dia lakukan ke Ayah Dina dan yang menjadi sasaran adalah Ayahnya sendiri.
oke, aku tnggu di tmpt biasa yah!”
Sudah 15 menit keterlambatan Dina tapi dia belum juga muncul sedangkan Bu Dosen sudah ada di kelas.
“aduh maaf yah Wi aku telat bangun”
“iya tidak apa-apa kok. Ayo kita ke kelas siapa tahu masi ada keringanan dari Bu Dosen”
Tapi saat itu dosen yang membawakan mata kuliah lumayan tegas dan sangat tidak menyukai apabila ada mahasiswa yang terlambat. Mau tidak mau mereka harus menerima hukuman dan keluar dari kelas.
“kita ke perpus aja yah Din” ajak Dewi memohon.
“gak ah, ke kantin aja. Aku laper banget nih.” Jawab Dina lebih memohon
“kalau begitu kamu ke kantin aja, sebentar aku nyusul”
“gak mau. Ikut aja! aku gak suka makan sendirian. Aku traktir deh …” Dina kembali memohon
            Seperti biasanya Dewi tidak bisa menolak. Dina memang orangnya tidak pelit tapi kesombongannya masih tetap awet. Merekapun berjalan ke kantin dan tidak sengaja bertemu dengan Budi.
“hai Budi, dari mana?” tanya Dina penasaran.
“aku dari rumah. Sebenarnya sih gak ada kuliah pagi tapi aku mau ke perpus dulu” jawab Budi.
“ke kantin aja dulu, aku taktir deh. Kamu pasti belum makan kan?” balas Dina memohon.
“gak usah Din, aku kenyang kok sudah sarapan dari rumah”
“temenin aku aja. Gak masalah kan?” Dina lebih memohon lagi.
Karena tidak tega akhirnya Budi menerima tawaran Dina yang sebenarnya Dewi sendiri saja sudah cukup untuk menemani Dina.
Budi adalah teman kampus mereka yang cukup tampan dan terkenal. Dina sangat menyukai Budi dan Dewi tau itu. Tapi disisi lain Dewi juga sebenarnya suka kepada Budi. Dewi selalu mengalah untuk Dina jadi apapun itu pasti Dewi selalu merelakan apapun untuk Dina meskipun itu tentang “CINTA”
            Budi anak dari keluarga yang cukup berada tapi dia tidak sekaya Dina. Tapi Budi cukup pintar. Dia merasa lebih senang berteman dengan Dewi dibanding Dina karena kemampuan Dewi yang cukup luas pada bidang pelajaran.
            “kamu mau makan apa Budi?” tanya Dina berharap menerima tawarannya untuk makan bersama walaupun di kantin kampus. “aku traktir deh, kamu boleh makan sepuasnya apapun yang kamu mau”. Lanjut Dina
            “aku sudah kenyang kok Din,” jawab Budi. “kamu aja Wi, kamu mau makan apa?” tanya Budi kepada Dewi.
            “iya, kalian makan apa aja gak masalah kok”. Tawar Dina kepada kedua temannya.
            “Aku mau ke perpus aja Din, kan ada Budi yang temani kamu. Aku lagi mau nyari buku soalnya” kata Dewi sambil berdiri dari kursi dan mulai berjalan ke kantin.
            “tunggu Wi!!!!” panggil Budi. “aku ikut yah. Aku juga lagi males banget di kantin”
            “eeehhhhh !!!! kalian mau kemana?” tanya Dina sambil berlari mengejar Budi dan Dewi. “siaaaalllll gagal lagi! Dewi sangat tidak mendukung !” kata Dina sambil marah.
            Dina juga mengikuti mereka ke perpustakaan. Dia sangat marah melihat keakraban Budi dan Dewi. Dina merasa sangat kecewa dan dikhianati oleh Dewi karena Dewi tau bahwa Dina sangat menyukai Budi. Padahal sebenarnya Budi lebih menyukai Dewi.
Sepulang di rumah Dewi mendapatkan sms dari Dina.
aku gak suka cara kamu yang kasar seperti itu. Aku mau kamu jauhin Budi kalau kamu masih mau kuliah!!!!!”
Dewi sangat terkejut membaca sms dari Dina.
Hari demi hari Dewi berusaha menjauhi Budi tapi Budi justru lebih mendekatkan diri kepada Dewi. Dan tetap saja Dewi tidak bisa menjauhinya. Dina sangat marah melihat keakraban mereka setiap harinya sehingga dia segera menelpon Ayahnya agar segera memecat Ayah Dewi dan memberhentikan kuliah Dewi.
“ayaaaahhh … aku gak mau tau ayah harus pecat Pak Ardy sekarang juga!!!” seruh Dina kepada Ayahnya.
“ada apa sayang? Ayah lagi di jalan. Pak Ardy memangnya salah apa?” tanya Ayah Dina.
“bukan pak Ardy tapi Dewi ayah ! dia ituuuu …….
Praaaakkkkkkkk … suara benturan keras terdengar di balik telpon genggam Dina. Tidak sengaja Ayah Dina kecelakaan. Dia menabrak pohon sangat keras dan mobilnya terbakar hingga meninggal dunia. Saat itu Ayah Dina memang sedang pusing karena masalah perusahaan dan saham keluarganya bangkrut.
Mendengar  kabar tersebut Dina menjadi frustasi sebab semua harta yang Ayahnya miliki disita oleh bank. Keluarganya jatuh bangkrut dan Dina hanya tinggal sendirian. Setelah kejadian itu Dina tinggal di rumah Dewi bersama Ayah Dewi.
Semenjak perusahaan Ayah Dina bangkrut Ayah Dewi bekerja di perusahaan Ayah Budi. Budi dan Dewi juga akhirnya pacaran karena Budi sudah sejak lama mengagumi Dewi. Dewi bukan Dina. Dina yang hanya menyombongkan kekayaannya yang tidak permanen dan itu belum tentu indah, tidak seperti Dewi yang walaupun dia pintar dia tetap rendah hati. Walaupun dia bukan orang kaya tapi dia senang berbagi.


Nb : Maaf sedikit rumit dan berlebihan. Cerpen ini dibuat secara dadakan dan dengan inspirasi yang sangat kurang :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar