Kriiiinggg
…. Bel berbunyi menunjukan tepat pukul 7.00 wita. Pagi itu Dina bangun dengan
tergesah gesah sebab ada mata kuliah yang mulai pukul 8.00 wita.
“Aduuuhhh
… jam 7 !!!! telat lagi ke kampusnya … “
Bergegaslah
dia ke kamar mandi dan menyiapkan semuanya untuk berangkat ke kampus. Dina
adalah anak pengusaha kaya yang cukup terkenal. Dia cantik dan cukup pintar
tapi sayang kesombongan dari dirinya itu yang sangat sulit untuk dia kontrol.
Pada
waktu yang sama Dewi juga berangkat ke kampus, biasanya Dewi berangkat bersama
Dina tapi berhubung Dina terlambat jadi Dewi pergi sendiri walaupun belum dapat
kabar dari Dina, tapi Dewi sudah tahu bahwa Dina pasti terlambat “lagi”. Dewi adalah anak Pak Ardy yang bekerja
sebagai satpam di kantor Ayah Dina. Dewi dan Dina adalah teman yang cukup dekat
sejak SMA. Mereka akrab karena Dewi selalu mengajarkan materi-materi yang belum
cukup dimengerti oleh Dina. Dewi memang sangat rendah hati dan lugu oleh karena
itu Dina selalu memanfaatkan semuanya.
Pagi itu
Dewi berangkat mengendarai sepedanya. Kendaraan yang dia miliki hanyalah sepeda
sederhana yang biasa menemaninya ke kampus apabila Dina terlambat bangun. Dewi
tinggal di sebuah kampung yang tidak jauh dari kota. Burung berkicauan dan
embun pagi itu membuat suasana sangat nyaman untuk bersepeda.
“Wi , tlg tnggu aku d parkiran yah ..
sepertinya aku telat, aku gak berani masuk sndirian. Kamu gak mngkin tega liat
aku diusir oleh Bu Dosen sendirian kan? Tlg aku!”
Lagi-lagi
Dina memanfaatkan Dewi. Seperti biasa walaupun Dewi berangkat ke kampus lebih
awal dia tetap ikut terlambat masuk kelas sebab Dina selalu melarang Dewi masuk
kelas lebih dahulu bila dia terlambat. Dewi takut apabila Dina marah dan
melaporkan apa yang dia lakukan ke Ayah Dina dan yang menjadi sasaran adalah
Ayahnya sendiri.
“oke, aku tnggu di tmpt biasa yah!”
Sudah 15
menit keterlambatan Dina tapi dia belum juga muncul sedangkan Bu Dosen sudah
ada di kelas.
“aduh
maaf yah Wi aku telat bangun”
“iya
tidak apa-apa kok. Ayo kita ke kelas siapa tahu masi ada keringanan dari Bu
Dosen”
Tapi saat
itu dosen yang membawakan mata kuliah lumayan tegas dan sangat tidak menyukai
apabila ada mahasiswa yang terlambat. Mau tidak mau mereka harus menerima
hukuman dan keluar dari kelas.
“kita ke
perpus aja yah Din” ajak Dewi memohon.
“gak ah,
ke kantin aja. Aku laper banget nih.” Jawab Dina lebih memohon
“kalau
begitu kamu ke kantin aja, sebentar aku nyusul”
“gak mau.
Ikut aja! aku gak suka makan sendirian. Aku traktir deh …” Dina kembali memohon
Seperti biasanya Dewi tidak bisa
menolak. Dina memang orangnya tidak pelit tapi kesombongannya masih tetap awet.
Merekapun berjalan ke kantin dan tidak sengaja bertemu dengan Budi.
“hai
Budi, dari mana?” tanya Dina penasaran.
“aku dari
rumah. Sebenarnya sih gak ada kuliah pagi tapi aku mau ke perpus dulu” jawab
Budi.
“ke
kantin aja dulu, aku taktir deh. Kamu pasti belum makan kan?” balas Dina
memohon.
“gak usah
Din, aku kenyang kok sudah sarapan dari rumah”
“temenin
aku aja. Gak masalah kan?” Dina lebih memohon lagi.
Karena
tidak tega akhirnya Budi menerima tawaran Dina yang sebenarnya Dewi sendiri
saja sudah cukup untuk menemani Dina.
Budi
adalah teman kampus mereka yang cukup tampan dan terkenal. Dina sangat menyukai
Budi dan Dewi tau itu. Tapi disisi lain Dewi juga sebenarnya suka kepada Budi.
Dewi selalu mengalah untuk Dina jadi apapun itu pasti Dewi selalu merelakan
apapun untuk Dina meskipun itu tentang “CINTA”
Budi anak dari keluarga yang cukup
berada tapi dia tidak sekaya Dina. Tapi Budi cukup pintar. Dia merasa lebih
senang berteman dengan Dewi dibanding Dina karena kemampuan Dewi yang cukup
luas pada bidang pelajaran.
“kamu mau makan apa Budi?” tanya
Dina berharap menerima tawarannya untuk makan bersama walaupun di kantin kampus.
“aku traktir deh, kamu boleh makan sepuasnya apapun yang kamu mau”. Lanjut Dina
“aku sudah kenyang kok Din,” jawab
Budi. “kamu aja Wi, kamu mau makan apa?” tanya Budi kepada Dewi.
“iya, kalian makan apa aja gak
masalah kok”. Tawar Dina kepada kedua temannya.
“Aku mau ke perpus aja Din, kan ada
Budi yang temani kamu. Aku lagi mau nyari buku soalnya” kata Dewi sambil
berdiri dari kursi dan mulai berjalan ke kantin.
“tunggu Wi!!!!” panggil Budi. “aku
ikut yah. Aku juga lagi males banget di kantin”
“eeehhhhh !!!! kalian mau kemana?”
tanya Dina sambil berlari mengejar Budi dan Dewi. “siaaaalllll gagal lagi! Dewi
sangat tidak mendukung !” kata Dina sambil marah.
Dina juga mengikuti mereka ke
perpustakaan. Dia sangat marah melihat keakraban Budi dan Dewi. Dina merasa
sangat kecewa dan dikhianati oleh Dewi karena Dewi tau bahwa Dina sangat
menyukai Budi. Padahal sebenarnya Budi lebih menyukai Dewi.
Sepulang
di rumah Dewi mendapatkan sms dari Dina.
“aku gak suka cara kamu yang kasar seperti
itu. Aku mau kamu jauhin Budi kalau kamu masih mau kuliah!!!!!”
Dewi
sangat terkejut membaca sms dari Dina.
Hari demi
hari Dewi berusaha menjauhi Budi tapi Budi justru lebih mendekatkan diri kepada
Dewi. Dan tetap saja Dewi tidak bisa menjauhinya. Dina sangat marah melihat
keakraban mereka setiap harinya sehingga dia segera menelpon Ayahnya agar
segera memecat Ayah Dewi dan memberhentikan kuliah Dewi.
“ayaaaahhh
… aku gak mau tau ayah harus pecat Pak Ardy sekarang juga!!!” seruh Dina kepada
Ayahnya.
“ada apa
sayang? Ayah lagi di jalan. Pak Ardy memangnya salah apa?” tanya Ayah Dina.
“bukan
pak Ardy tapi Dewi ayah ! dia ituuuu …….
Praaaakkkkkkkk
… suara benturan keras terdengar di balik telpon genggam Dina. Tidak sengaja
Ayah Dina kecelakaan. Dia menabrak pohon sangat keras dan mobilnya terbakar
hingga meninggal dunia. Saat itu Ayah Dina memang sedang pusing karena masalah
perusahaan dan saham keluarganya bangkrut.
Mendengar kabar tersebut Dina menjadi frustasi sebab
semua harta yang Ayahnya miliki disita oleh bank. Keluarganya jatuh bangkrut
dan Dina hanya tinggal sendirian. Setelah kejadian itu Dina tinggal di rumah
Dewi bersama Ayah Dewi.
Semenjak
perusahaan Ayah Dina bangkrut Ayah Dewi bekerja di perusahaan Ayah Budi. Budi
dan Dewi juga akhirnya pacaran karena Budi sudah sejak lama mengagumi Dewi.
Dewi bukan Dina. Dina yang hanya menyombongkan kekayaannya yang tidak permanen
dan itu belum tentu indah, tidak seperti Dewi yang walaupun dia pintar dia
tetap rendah hati. Walaupun dia bukan orang kaya tapi dia senang berbagi.
Nb : Maaf sedikit rumit dan berlebihan. Cerpen ini dibuat secara dadakan dan dengan inspirasi yang sangat kurang :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar